Selasa, 27 April 2010

Diculik jin......itu ilmiah !!!



Pada artikel saya kali ini, sesuai dengan janji saya pada postingan sebelumya (baca "Antara filsafat, science, dan mistis.....sebuah korelasi !!!") , saya akan mencoba menjelaskan secara ilmiah tentang fenomena seseorang yang katanya diculik oleh setan, kolong wewe, gondoruwo atau apapun itu namanya, yang penting dalam hal ini adalah mahluk halus. Dalam kasus yang telah dialami oleh saudara saya, bagaimana mungkin dia bisa hilang selama kurang lebih 3 bulan padahal menurut penuturanya dia hanya diajak jalan-jalan selama 3 jam saya ??? bukankah hal ini tidaklah masuk akal ??? bagaimana menjelaskan hal ini ???

Sebuah keniscayaan

Baiklah disini saya akan mencoba menjelaskan kejadian tersebut dengan menggunakan pendekatan yang paling masuk akal, sesuai dengan logika ilmiah (science), tetapi tetap bisa selaras dengan teologi (karena saya muslim, saya menggunakan kitab suci Al Quran). Pertama, saya memang meyakini bahwa sodara saya tersebut (sebut saja si “bejo”) memang telah diculik oleh mahluk halus, dalam hal ini jin. Kenapa jin, karena di dalam Al Quran, Allah swt memang telah menciptakan 3 mahluk di jagad raya ini, yaitu malaikat (terbuat dari cahaya), jin (terbuat dari api) dan manusia (terbuat dari tanah). Seperti yang telah termaktub dalam ayat dan hadist dibawah ini :



"Dia (Allah) menciptakan jin dari nyala api." [Q.S. al-Rahman: 15]



"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." [Q.S. al-Hijr: 27].



"Iblis menjawab "Saya lebih baik dari padanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." [Q.S. al-A'raaf: 12].

juga sebuah hadist :

"Malaikat diciptakan dari nur, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari sesuatu yang disifatkan Allah kepadamu (dalam kitab-Nya, yakni dari adonantanah)." [H.R. Muslim].

Kenapa materi-materi pembentuk ketiga mahluk Allah itu sangat penting saya tekankan disini, karena nantinya materi-materi pembentuk itulah yang akan saya jadikan pedoman dan landasan berpikir secara ilmiah. Baiklah, tadi sampai pada kenapa saya mengira bejo diculik oleh jin, karena selain menurut Al Quran bahwa eksistensi jin itu memang ada, dalam kedua buku yang pernah saya baca pun (buku Berdialog dengan Jin muslim karya Muhammad Isa dawud dan buku Yang Tersembunyi : Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam Al-Qur'an - As-Sunnah karya M. Quraish Shihab) menjelaskan bahwa sesungguhnya jin itu tidak bisa dilihat oleh manusia jika dia berada pada bentuk sesungguhnya, artinya dalam wujud asli dia sebagai “jin”. Dia hanya bisa berinteraksi dan bisa dilihat oleh manusia ketika dia mengambil wujud lain, dalam hal ini bisa hewan (ular atau anjing), manusia, sampai bentuk-bentuk seram macam kuntilanak, kolong wewe, pocong ataupun gondoruwo. Dalam kasus bejo, ternyata dia bisa berinteraksi dan melihat wujud “sang orang yang baru saja dikenalnya” tersebut, oleh karena itu saya berkeyakinan dia telah diajak oleh sejenis jin yang telah mengambil wujud dan bentuk sebagai manusia, dalam kasus bejo ini, dia mengambil bentuk sabagai seorang manusia laki-laki. Lalu penjelasan kedua mengenai perbedaan waktu yang terjadi.Pada saat bejo diajak jalan-jalan oleh orang (jin) tersebut dia hanya merasa bahwa waktu yang dia lewati hanya beberapa jam saja, karena dia hanya diajak berkeliling di pasar malam dan makan diwarung, taruhlah 2-3 jam saja, setelah itu dia diantar pulang. Tapi yang terjadi berbeda dengan apa yang dialami dan dikatakan oleh penduduk desanya. Oleh orang-orang dia diklaim telah menghilang selama 3 bulan. Wah...apakah seluruh penduduk desanya tiba-tiba berubah menjadi gila, atau jangan-jangan dia sendiri yang mulai amnesia hehe.....tidak kok, keduanya tidak benar, lantas bagaimana ini bisa terjadi ???? adakah penjelasan yang bisa diterima oleh akal ???? Oke....begini, untuk masalah ini saya menggunakan teori relativitas waktu milik Albert Einstein. Ingat persamaan E=mc2 ??? Pernah tau kan ??? atau setidakanya pernah mendengar lah (kalo sampai gak tau kebangetan, wong pas smp ama sma pernah diajarkan kok oleh guru fisika kita). Pada intinya teori relativitas mengatakan bahwa “dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama, namun isi hukum fisika akan terlihat sama oleh keduanya”. Lebih simpelnya begini, teori ini menjelaskan bahwa ruang dan waktu ternyatadapat memanjang dan memendek, tergantung dari kecepatan si benda yang bergerak. (jika masih bingung nanti saya memang berencana untuk menulis artikel khusus yang membahas tentang “Ruang – Waktu” ini). Dengan menggunakan teori relativitas tersebut ternyata mulai ditemukan titik terang untuk menjelaskan perbedaan waktu antara si bejo (yang hanya 2-3 jam) dengan waktu penduduk desanya (sekitar 3 bulan). Untuk menguraikanya saya kembali dulu pada ayat dan hadist Al Quran diatas (ingat mengapa saya menekankan bahwa materi penyusun 3 mahluk Allah swt sangatlah penting dan mutlak disini) yang mengatakan bahwa malaikat terbuat dari cahaya, jin dari api dan manusia dari tanah. Sekarang mari sedikit bermetafisika sekaligus berfisika. Dari Al Quran diketahui bahwa jin terbuat dari api sedang manusia dari tanah. Kedua mahluk ini terdiri dari materi yang berbeda, yaitu api dan tanah. Dalam ilmu alam, tanah merupakan unsur yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah bersifat berat dan statis. Berbeda dengan api, Api adalah zat panas yang ditimbulkan dari benda yang terbakar, berasal dari proses oksidasi sehingga berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap. Inilah juga salah satu alasan mengapa jin tidak bisa ditangkap oleh indara penglihatan kita alias mata, karena memang panjang gelombangnya di luar spektrum visual mata manusia (ilmiah kan temen-temen). Lalu tentang perbedaan waktu tadi begini penjelasanya, menurut teori relativitas bahwa ruang dan waktu dapat memanjang dan memendek sendiri sesuai kecepatan benda. Jin yang memang terbuat dari api jelas berbeda kecepatan geraknya dengan manusia (yang terbuat dari tanah). Sebelum lebih jauh ada baiknya juga saya jelaskan bahwa benda paling cepat di jagat raya semesta ini adalah cahaya, yaitu Kecepatan cahaya dalam sebuah vakum adalah 299.792.458 meter per detik (m/s) atau 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h) atau 186.282.4 mil per detik (mil/s) atau 670.616.629,38 mil per jam (mil/h) atau untuk lebih memudahkan biasanya dibulatkan menjadi 300ribu km/detik. Pengandaian kecepatan cahaya begini, andai kamu naik pesawat dengan kecepatan cahaya maka dalam hanya waktu 1 detik kamu dapat mengelilingi bumi sebanyak 8 kali (busyet.....cepet banget kan!). Karena menjadi yang tercepat di jagat raya maka cahaya dibuat sebagai tolak ukur untuk ruang dan waktu. Kembali ke masalah jin tadi, karena terbuat dari api maka secara alamiah dia memancarkan gelombang, dengan kecepatan gelombang inilah dia bergerak. Jelas gelombang lebih cepat dari manusia (yang terkungkung dalam materi fisiknya berupa tanah). Perbedaan ini begitu mencolok. Walaupun tidak secepat cahaya tapi gelombang juga sangat cepat, untuk lebih mudahnya begini, anda pasti punya ponsel atau radio, nah kedua alat tersebut dapat berfungsi karena menangkap gelombang-gelombang yang dipancarkan dari satelit atau alat pemancar gelombang. Coba anda bayangkan berapa waktu yang dibutuhkan gelombang-gelombang itu pada saat pertama dipancarkan oleh alat pemancar untuk sampai ke radio atau ponsel anda. Sangat cepat bukan (Oleh karenanya percuma saja saat bertemu hantu anda lari sekencang-kencangnya atau naik motor sekalipun, pasti dengan sekejap hantu itu dapat mengejar anda hehe). Juga pengandaian lain, jika ada api besar atau kebakaran, walaupun kita ada di balik tembok tapi hawa panas masih bisa kita rasakan. Ini karena gelombang dapat juga menembus benda-benda tertentu, seperti tembok (makanya jangan heran kalo hantu dapat dengan bebas keluar masuk ruangan menembus tembok rumah kita hehe). Kondisi berbeda dialami oleh manusia. Karena materi pembentuknya dari unsur tanah maka kecepatan manusia pun sangat terbatas. Dimana sangat dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Manusia tercepat di bumi saat ini pun, Usain Bolt (pelari asal Jamaika) hanya mampu bergerak secepat 9,58 detik untuk melalap lintasan 100m. Perbedaan kecepatan bergerak inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan waktu pula jika kita memakai teori relativitas. Luar biasanya, relativitas waktu ini juga sebenarrnya telah dijelaskan di dalam Al Quran. Coba kita simak ayat-ayat berikut :



"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 22:47)



"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 32:5)



"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur'an, 70:4)





"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)

Setelah mengetahui bahwa waktu itu ternyata bersifat relatif, masuk akal jika waktu yang dialami oleh bejo (yang diajak jalan-jalan oleh jin tersebut) berbeda dengan waktu yang dialami oleh orang-orang di desanya. Waktu yang hanya 3 jam bagi bejo, ternyata 3 bulan bagi warga desanya. Tapi....bukanya bejo secara fisik sama dengan warga desanya (mahluk yang terbuat dari tanah), bagaimana bisa terjadi relativitas waktu??? iya kalo jin yang mengajaknya, dia memang bergerak mendekati kecepatan cahaya sehingga toeri relativitas waktu berlaku, nah bagi bejo, kan tetap manusia biasa. Tenang kawan, begini penjelasanya.......

Sebuah dimensi

Apakan kawan sudah pernah mendengar tentang dimensi ??? bahwa kita adalah mahluk dari dimensi 3 ??? jika belum paham tentang dimensi saya akan menjelaskanya secara singkat saja. Tahukan kawan bahwa sebenarnya di semesta ini ada beberapa tingkat dimensi. Walaupun ada bayak perbedaan pendapat di kalangan ilmuwan tentang banyaknya dimensi di semesta, tetapi yang pasti dimensi itu ada. Tentang dimensi ini saya sepakat dengan karya Agus Mustofa dalam 2 buku beliau (“Terpesona di Sidratul Muntaha” dan “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”). Baiklah, pengertian dimensi secara umum adalah parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek—yaitu panjang, lebar, dan tinggi atau ukuran dan bentuk. Dimensi yang dimaksud disini adalah dimensi yang terikat ruan dan waktu. Contoh sederhananya begini, sebuah titik (.) adalah contoh mahluk dari dimensi 1 (1D) karena tidak memiliki panjang, lebar dan tinggi, hanya sebentuk titik saja. Lalu sebuah garis merupakan mahluk dari dimensi 2 (2D) karena hanya memiliki panjang dan lebar, seperti saat kita melihat televisi. Gambar yang ada di dalam televisi itu adalah 2D. Lalu dunia yang kita tempati saat ini, adalah dimensi 3 (3D) karena didalamnya ada panjang, lebar dan tinggi. Untuk dimensi ke 4 dan selajutnya, sampai detik ini pun para ilmuwan siapapun dia tidak bisa menjelaskan bagaimana bentuknya, karena tidak hanya mempunyai tinggi, panjang, dan lebar ,tetapi lebih kompleks dari dunia kita ini yang berada di dimensi 3. Dimensi ke 4 dan dimensi-dimensi selanjutnya bukanlah khayalan atau imaginer semata, itu semua ada, cuma secara science memang rumit. Bahkan ilmuwan tersohor kelas wahid yang paling top saat ini pun yaitu stephen hawking mengatakan jalan masuk ke dimensi 4 itu ada, tetapi ukuranya terlalu kecil untuk dideteksi keberadaanya (mengenai hal ini dijelaskan lebih rinci dalam buku A brief history of time - stephen hawking). Menurut Agus Mustofa, Jin adalah mahluk yang tinggal di dimensi 4. Dia bisa melihat dan mengunjungi dunia manusia (dimensi 3) tapi sebaliknya bagi manusia. Ini dikarenakan dalam teori dimensi berlaku asas dimana dimensi yang lebih tinggi bisa melihat dimensi yang lebih rendah, karena dimensi yang lebih rendah itu merupakan bagian dimensi diatasnya. Simpelnya, kita yang ada di dimensi 3 bisa melihat wilayah dimensi di bawah kita, yaitu wilayah dimensi 2 dan dimensi 1. (jika masih bingung nanti saya jelaskan dalam artikel saya khusus membahas tentang dimensi ini, karena terus terang, membicarakan dimensi cukup rumit).

Setelah mengerti sedikit konsep dimensi (semoga kawan paham hehe) kita kembali lagi ke bejo. Kenapa walaupun secara eksistensi fisik bejo tetap manusia (sama dengan penduduk desanya), tapi diantara keduanya tetap terjadi relativitas waktu (3 jam bagi bejo, tapi teryata 3 bulan buat warga desa)??? Begini kawan....jin yang dikenal bejo tadi sebenarnya membawanya ke “dunia” nya (dunia jin) yang ada di dimensi 4. Dunia jin (dimensi 4) sejatinya ada di dunia (bumi) ini juga, yaitu ada di sini. Tetapi ruang dan waktunya berbeda. Pada saat bejo diajak masuk ke dalam alam jin (dimensi 4) dia tidak terikat lagi ruang waktu dunia kita (dimensi 3), karenanya dia tidak dikenai hukum fisika seperti yang berlaku dibumi. Dia dikenai hukum ruang waktu di dunia jin (dimensi 4). Bila kita gunakan teori relivitas maka di dunia jin (dimensi 4) waktu akan berjalan melambat bila dibandingkan dengan dunia manusia di bumi (dimensi 3), loh kok bisa ??? itu dikarenakan kecepatan bergerak mahluk dimensi 4 yaitu jin sangat cepat jauh melebihi kecepatan manusia, akibatnya interval ruang dan waktu yang dihasilkan pun berbeda dengan manusia, walaupun katakanlah pada waktu yang bersamaan. Simpelnya begini, waktu 1 detik bagi kita, itu berbeda dengan 1 detik bagi jin, juga 1 jam, atau 1 hari. Bagi jin, waktu yang ada di bumi (dimensi 3) terasa sangat cepat, begitu sebaliknya jika kita memasuki dunia jin maka waktu akan melambat, artinya 1 jam di dunia jin itu mungkin sudah berhari-hari jika di dunia kita. masih bingung kawan??? Begini deh.....andai saya dan kamu memakai jam tangan yang sama, terus di setting waktunya sama persis, lalu saya jalan-jalan ke dunia jin (dimensi 4), katakanlah jam 6 pagi saya berangkat, terus jam 7 pagi saya pulang (hanya 1 jam) maka ketika saya kembali ke dunia dimensi 3, mungkin sudah 1 minggu saya pergi, padahal ketika saya melihat jam tangan, jam tangan saya tepat menunjukkan jam 7 pagi (hanya 1 jam), dan ketika melihat jam tangan kamu, jelas jam tanganmu sudah berbeda, tidak sama lagi waktunya dengan jam saya, padahal tadi sebelum berangkat, jam tangan saya dan kamu disetting sama persis,ini bukan faktor karena jam tangan saya rusak, tapi karena berlakunya teori relativitas tadi. (Wah...kok seperti menghayal bin ngawur nih hehe). Kok bisa begitu ??? ingat diawal ketika saya membahas tentang kecepatan cahaya, kenapa kecepatan cahaya sangatlah penting, Karena kecepatan cahayalah yang digunakan untuk mengukur waktu secara relatif di semesta ini, baik itu memanjang atau memendeknya waktu, jadi buka jam dinding atau jam tangan Rolex sekalipun hehe. Faktor itulah yang menyebabkan perbedaan waktu antara bejo dan warga desanya. Jadi ketika dia diajak jalan-jalan ke pasar malam oleh orang yang dikenal saat pulang nonton wayang tengah malam, sejatinya dia diajak jalan-jalan masuk ke dunia orang tersebut, yaitu dunia jin. Sebetulnya dunia jin pun mirip dengan dunia manusia, ada makanan, hiburan, rumah, kerajaan, anak-anak kecil, dan lain sebagainya, tapi kita tidak bisa melihatnya karena selain keterbatasan panca indra, dunia mereka pun berada di dimensi berbeda. Tapi hal ini tidak berlaku bagi bangsa jin, mereka setiap saat bisa melihat kita yang berada di dimensi 3 (ingat teori dimensi). Bejo kembali dalam relativitas waktu normalnya ketika dia diantar pulang oleh jin tersebut. Dia kembali terikat oleh hukum-hukum alam fisika bumi begitu dia kembali berada di dimensi 3, yang notabene sama dengan relativitas waktu penduduk desanya.

Dari penjelasan tersebut, ternyata salah satu fenomena gaib, yang oleh sebagian orang kadang dikatakan sebagai tahayul, non sense, atau sekedar cerita pengantar tidur dapatlah dijelaskan secara rasional. Saya selalu percaya bahwa sesuatu yang gaib itu memang ada, bahkan dalam filsafat pun yang merupakan sumber dari semua ilmu pengetahuan mengakuinya lewat metafisika. Dengan segala kerendahan hati saya maklumi jika ada yang mungkin tidak sependapat mengenai fenomena penculikan jin ini. Saya pun juga tidak akan berhenti untuk terus banyak belajar. Salah satunya mungkin dari kritikan teman-teman sekalian. Terima kasih dan wassalam............ Sapere aude !!!

read more "Diculik jin......itu ilmiah !!!"

Senin, 26 April 2010

Antara filsafat, science, dan mistis.....sebuah korelasi !!!






Filsafat ??? apa itu ??? mungkin sebagian dari anda mengerutkan dahi ketika membaca kalimat tersebut. Memang tidak dipungkiri, selama ini filsafat seakan-akan terjebak dalam suatu ranah pemikiran yang “njelimet”, “menakutkan”, “sulit bin susah” dan menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Hal itu bisa saya maklumi, karena selama ini buku-buku yang membahas tentang filsafat memang termasuk dalam kategori buku-buku “berat” dimana kalimat dan bahasa yang digunakan terlampau formal, sistematis dan metodologis (tapi memang seharusnya sebuah buku demikian ya teman-teman hehe). Maksud saya, bahasa yang digunakan itu terdengar asing dengan banyak istilah-istilah ilmiah yang bikin pusing (jangankan mengartikanya, menghafalnya saja sudah susah minta ampun), seperti contohnya metafisika, aksiologi, atau ontologi, belum lagi jika sudah masuk dalam pemikiran tokoh-tokohnya, sebut saja Immanuel Kant dengan aliran enlightenment philosophy-nya, saat membaca karya-karyanya kita langsung dihadang dengan istilah-istilah seperti Kritik der Reinen Vernunft, das ding an sich, atau transadental. Terus terang istilah-istilah itulah yang membuat filsafat tidak pernah disentuh oleh orang-orang, yang sebagian besar memang menganggap hal itu tidaklah penting. Saya mempunyai pengalaman menarik mengenai hal ini.Pernah suatu waktu ada seorang teman masuk dalam kamar saya, kemudian setelah ngobrol kesana-kemari (yang nggak jelas juntrunganya) tiba-tiba dia mengambil sebuah buku milik saya (yang kebetulan saat itu saya jadikan bantalan mouse-pad laptop), kemudian membukanya, lalu membacanya untuk beberapa saat. Meskipun heran (karena sudah jelas itu buku tentang filsafat Nietzsche dan teman saya tersebut sangat alergi dengan namanya filsafat), saya pun hanya membiarkanya saja. Baru sekitar kurang dari 5 menit, dia berujar “buku apa sih ini, kok yang dibahas gak jelas”, “baca paragraf pertama aja kepalaku jadi pusing” gerutunya. Saya pun hanya tersenyum mendengar komentar refleks yang terlempar dari mulutnya. Itu merupakan salah satu contoh nyata bahwa filsafat memang “menakutkan” ditambah gaya bahasa full ilmiah makin “menyeramkan” saja bagi sebagian orang yang memang tidak berminat mempelajari filsafat. Lebih parah pernah mantan pacar saya mengeluh, “apa sih filsafat, buang-buang waktu aja, gak penting aahh...., lagian juga gak ada hubunganya ama kehidupan kita sehari-hari”.....hhhmmmm......sebegitu parahkah filsafat bagi orang-orang yang tidak menyukainya????

Tidaklah sulit !!!

Baiklah, di blog saya ini pun sebetulnya saya tidak ingin membahas sesuatu yang “sulit” karena disini sebetulnya kita sama-sama belajar dan saling bertukar pendapat. Saya pun memberi nama blog ini dengan FILOSOPHIESTIC bukan mau gaya-gayaan (hehe...), tetapi lebih ke arah bahwa ternyata filsafat, science dan mistis itu tidaklah semenakutkan namanya. Saya pribadi pun setuju bahwa filsafat itu “susah, njelimet, bin ruwet” karena buku-buku yang ada selama ini memang selalu menyuguhkan hal itu. Sebagai permulaan untuk filosophiestic (karena nantinya saya akan lebih jauh masuk ke dalam 3 hal tersebut), di sini saya akan mencoba sharing pada teman-teman bahwa ternyata filsafat itu mudah dan menarik. Oke...untuk awalnya, buang semua pengertian aneh-aneh tentang filsafat. Secara mudah arti filsafat sebenarnya adalah “berfikir bijaksana” (berasal dari kata philia = persahabataan atau cinta, dan sophia = bijaksana, jadi jika digabung secara harfiah berarti cinta kebijaksanaan). Artinya bahwa berfilsafat adalah berfikir untuk sesuatu yang bermanfaat dan berguna (dalam hal apa saja), jadi jika kalian saling berdiskusi dengan teman tentang hal-hal ilmiah, itu bisa juga disebut berfilsafat. Contoh mudah adalah metode berfilsafat Socrates (sang dedengkot filsuf yang juga maha guru dari Plato dan Aristoteles). Dia tidak pernah menggunakan metode-metode rumit macam filsuf-filsuf lain. Dia hanya menggunakan metode bertanya. Seperti “apakah itu adil”, “apakah itu negara”, “apakah itu kebenaran”. Dengan cara bertanya dia berkeliling kota athena, ke pelosok-pelosok pasar dan jalan-jalan. Setiap orang dia tanyai. (sekilas bagi anak muda sekarang mungkin apa yang dilakukan sokrates itu mirip orang gila, berkeliling kota kerjaanya cuman menanyai orang doang hehe) tapi apa yang dilakukan sokrates tersebut sebetulnya merupakan berfilsafat, tetapi dia menggunakan cara yang sederhana yaitu bertanya. Sampai pada akhirnya dia sampai pada kesimpulan bahwa “yang aku temukan bahwa aku tidak menemukan apa-apa” dan “yang aku ketahui adalah bahwa aku tidak mengetahui apa-apa” (nah...pasti bingung kan???sudah tiap hari kerjaanya keliling kota, eh kok ternyata dia tidak menemukan apa-apa alias nihil, tambah gila aja nih orang hehe). Inilah yang disebut filosofis. Makna dari kata-kata socrates tadi. Jadi apa yang diungkapkan oleh socrates tadi bahwa “dia tidak menemukan apa-apa” adalah bahwa ternyata selama ini apa yang terjadi di kehidupanya (pada jaman tersebut di Yunani) dia tidak menemuka apa itu arti dari kehidupan yang benar. Tidak ada seorang pun yang bijaksana, yang ada hanya orang yang dianggap bijaksana atau merasa dirinya bijaksana. Lebih jauh, maksud dari sokrates tersebut adalah bahwa “ketidaktahuanya” itulah yang dia anggap sebagai “kebijaksanaan” itu sendiri. “ketidaktahuanya” merupakan suatu sikap yang rendah diri, selalu mau belajar, dan menganggap dirinya tidaklah yang paling pandai dan mengetahui segala hal, “ketidaktahuanya” mencerminkan sikap “bijaksana” itu sendiri. Oleh karenanya tidak heran jika oleh orang-orang Yunani Sokrates dianggap sebagai manusia paling bijaksana di seluruh Yunani. Lantas apa hasil akhir dari filsafat Sokrates tersebut??? Bahwa kebijaksaan tidak dia temukan di manapun di dunia ini, kebijaksanaan hanya ada di dalam kebijaksaan itu sendiri, sesuatu yang ada di dalam pikiran manusia yang paling murni, sesuatu yang abstrak (dalam hal ini sebenarnya sokrates ingin menyebut nama Tuhan, tapi karena terminologi Tuhan pada jaman itu belum ada, dia hanya menyebut “yang abstrak dan absolut”). Sebenarnya lewat berfilsafat sederhana ala Sokrates tersebut kita juga bisa kan kawan-kawan. Lewat blog ini mari kita saling bertukar pendapat dan pikiran. Saling berfilsafat.

Sebuah korelasi

Lantas apa hubunganya filsafat dengan science dan mistis???? Science merupakan ilmu pengetahuan, dasar dari landasar berfikir ilmiah, sedang mistis merupakan segala sesuatu yang bersifat misterius dan terselubung, diluar nalar berfikir normal manusia. Bukankah kedua hal tersebut bertentangan??? Nah dengan segala kerendahan hati, keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki, saya akan mencoba mengkorelasikan kedua hal tersebut (science dan mistis) dengan metode berfikir filosofis. Memang bukan hal yang mudah, tetapi paling tidak jika kita mau berusaha dan mau menerima hal-hal baru insya Allah bisa dikorelasikan. Karena terus terang sebenarnya banyak kejadian disekitar kita yang masuk dalam kategori abnormal alias “tidak bisa dijelaskan secara normal”, otak, rasio dan logika kita seakan-akan menolak dan sulit mengurai kejadian-kejadian tersebut. Sebut saja dari yang paling umum di telingan kita seperti guna-guna, santet (yang ini malah ada usulan masuk RUU KUHP haha), fenomena mahluk halus, sampai yang tersohor macam benua Atlantis, misteri segitiga bermuda, Alien beserta UFO-nya, maupun misteri mesin waktu. Hal-hal tersebut terus terang sampai saat ini menjadi sesuatu yang kontroversial, karena sebagian orang ada yang menganggap itu tahayul, non sense, tabu, dan lain sebagainya. Berangkat dari rasa penasaran itu, maka berbekal berbagai macam bacaan, diskusi dan ngobrol ngalor-ngidul dengan berbagai macam orang, saya mencoba membahas hal tersebut tetapi insya Allah tetap bisa diterima secara ilmiah, karena saya sebisa mungkin akan menggunakan pendekatan science dengan dilandasi filosofi yang masuk akal. Dan sebetulnya ada 1 hal lagi (hampir saya lupa kawan), dan ini penting, yaitu landasan teologis (pendekatan secara agama), karena bagaimana pun saya tidak mau tersesat seperti Karl Marxs maupun mati gila mirip Nietzsche akibat landasan filsafat mereka tidak menyertakan Tuhan didalamnya hehe.

No...non sense !!!
Dari uraian tersebut sebenarnya benang merah sudah mulai tampak antara filsafat, science, dan mistis yaitu bahwa sesuatu hal (dalam hal ini yang bersifat mistis) bisa dideteksi secara ilmiah (science) jika kita menggunakan metodologi berfikir yang benar dan bisa dipertanggung jawabkan (secara filsafat), tetapi dengan tetap memegang prinsip-prinsip teologis (agama). Baiklah, agar kawan-kawan lebih paham dan jelas maksud saya, akan saya beri contoh sederhana. Begini.....apakah anda pernah mendengar kabar ataupun berita bahwa ada seorang bocah atau orang yang hilang gara-gara (desas-desusnya sih) diculik oleh mahluk halus (entah itu kolong wewe atau gondoruwo) ??? mmmm......jika iya, itu merupakan hal yang menarik, lalu beberapa waktu kemudian si anak yang hilang tadi ternyata entah dengan cara apa dan bagaimana tiba-tiba dia muncul kembali, mmmmm.......lalu si anak tadi bercerita kalo dia baru saja diajak jalan-jalan oleh seseorang. Sampai titik ini tidak ada yang aneh (walaupun si anak tadi telah dicari-cari oleh seluruh penduduk kampung, di setiap jengkal desanya tetapi tetap tidak ketemu). Cerita diatas, dulu (tahun 80-an) pernah dialami sendiri oleh saudara saya yang tinggal di pelosok desa di daerah banyuwangi. Pulang nonton wayang tengah malam tiba-tiba dia bertemu seseorang laki-laki yang tidak dia kenal sebelumya kemudian diajak jalan-jalan oleh orang tersebut, lalu dibonceng naik sepeda kumbang. Saudara saya mau dan senang-senang saja, karena menurut penuturanya, dia memang diajak jalan-jalan ke sebuah tempat seperti pasar malam, lengkap dengan orang-orang yang riuk redah bercengkrama dan banyak berbagai mainan macam komidi putar ala desa. Dia bahkan sempat diajak “marung” (makan di warung) oleh orang tersebut. Setelah itu kemudian sodara saya diantarkan pulang oleh orang tersebut sampai di depan rumahnya, kemudian orang tersebut berpamitan lalu pergi. Mmmm....tidak ada yang aneh, sampai ketika sodara saya pulang seisi rumah kaget bukan main dan langsung memeluknya. Sodara saya keheranan, apalagi ketika melihat sang ibu sampai menagis sejadi-jadinya. Lebih panik lagi ketika semua tetangganya berbondong-bondong mendatangi rumahnya. Ada apa gerangan??? Setelah diberi penjelasan oleh sang ibu ganti sodara saya tersebut yang terheran-heran, bagaimana tidak, sodara saya yang baru saja (hanya beberapa jam lalu) pulang nonton wayang terus diajak jalan-jalan oleh orang yang baru saja dikenalnya tersebut, katanya telah menghilang selama 3 bulan. Wah....yang benar saja !!! walau tidak percaya, akhirnya dia percaya juga gara-gara seluruh kampung membenarkan berita tersebut. Mmmmm....ada apa ini ??? hal tersebut mau kita tidak percaya namun terjadi, mau percaya tapi sepertinya itu mustahil. Apakah itu tahayul??? Atau non sense (kata orang-orang yang terlalu mengedepankan science semata). Lantas bagaimana menjelaskan fenomena tersebut ?????? untuk menjawabnya, Insya Allah saya akan membahasnya dalam postingan saya selanjutnya. Dan terakhir, saya akan menutup postingan ini dengan dua buah ayat dari Al Quran Al Karim........





“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman” (al jaatsiyah : 3)










“dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (al jaatsiyah : 13)



Insya Allah jika kita benar-benar mau bertafakur dan berfikir, maka segala sesuatu tidaklah tidak ada yang tidak mungkin.......seperti juga korelasi filsafat, science dan mistis.........amien.......
read more "Antara filsafat, science, dan mistis.....sebuah korelasi !!!"

Kamis, 15 April 2010

filosophiestic are................................




filosophiestic merupakan sebuah kerangka pemikiran, renungan, maupun refleksi tentang sebuah makna hidup, tentang eksistensi kita sebagai manusia di jagat raya semesta ini. filosophiestic sendiri berangkat dari akar kata filosophy, science, dan mistic dimana filosofi merupakan cinta kebijaksanaan (gemar berfikir), science adalah ilmu pengetahuan, dan mistic (mistis) merupakan sesuatu yang bersifat rahasia, gelap, atau terselubung dalam kekelaman. Dari ketiga hal tersebut maka filosophiestic dapatlah diartikan berfikir tentang segala sesuatu yang bersifat terselubung tetapi tetap dilandasi dengan kerangka berfikir secara ilmiah. Disini mari kita belajar bersama, bertukar pendapat maupun tukar pemikiran, karena kita sebagai manusia pada dasarnya terus selalu berfikir dan belajar. saya rasa cukuplah pengantar ini, sekarang mari kita buka bersama-sama pemikiran kita.......cogito ergo sum !!!!
read more "filosophiestic are................................"