Filsafat ??? apa itu ??? mungkin sebagian dari anda mengerutkan dahi ketika membaca kalimat tersebut. Memang tidak dipungkiri, selama ini filsafat seakan-akan terjebak dalam suatu ranah pemikiran yang “njelimet”, “menakutkan”, “sulit bin susah” dan menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Hal itu bisa saya maklumi, karena selama ini buku-buku yang membahas tentang filsafat memang termasuk dalam kategori buku-buku “berat” dimana kalimat dan bahasa yang digunakan terlampau formal, sistematis dan metodologis (tapi memang seharusnya sebuah buku demikian ya teman-teman hehe). Maksud saya, bahasa yang digunakan itu terdengar asing dengan banyak istilah-istilah ilmiah yang bikin pusing (jangankan mengartikanya, menghafalnya saja sudah susah minta ampun), seperti contohnya metafisika, aksiologi, atau ontologi, belum lagi jika sudah masuk dalam pemikiran tokoh-tokohnya, sebut saja Immanuel Kant dengan aliran enlightenment philosophy-nya, saat membaca karya-karyanya kita langsung dihadang dengan istilah-istilah seperti Kritik der Reinen Vernunft, das ding an sich, atau transadental. Terus terang istilah-istilah itulah yang membuat filsafat tidak pernah disentuh oleh orang-orang, yang sebagian besar memang menganggap hal itu tidaklah penting. Saya mempunyai pengalaman menarik mengenai hal ini.Pernah suatu waktu ada seorang teman masuk dalam kamar saya, kemudian setelah ngobrol kesana-kemari (yang nggak jelas juntrunganya) tiba-tiba dia mengambil sebuah buku milik saya (yang kebetulan saat itu saya jadikan bantalan mouse-pad laptop), kemudian membukanya, lalu membacanya untuk beberapa saat. Meskipun heran (karena sudah jelas itu buku tentang filsafat Nietzsche dan teman saya tersebut sangat alergi dengan namanya filsafat), saya pun hanya membiarkanya saja. Baru sekitar kurang dari 5 menit, dia berujar “buku apa sih ini, kok yang dibahas gak jelas”, “baca paragraf pertama aja kepalaku jadi pusing” gerutunya. Saya pun hanya tersenyum mendengar komentar refleks yang terlempar dari mulutnya. Itu merupakan salah satu contoh nyata bahwa filsafat memang “menakutkan” ditambah gaya bahasa full ilmiah makin “menyeramkan” saja bagi sebagian orang yang memang tidak berminat mempelajari filsafat. Lebih parah pernah mantan pacar saya mengeluh, “apa sih filsafat, buang-buang waktu aja, gak penting aahh...., lagian juga gak ada hubunganya ama kehidupan kita sehari-hari”.....hhhmmmm......sebegitu parahkah filsafat bagi orang-orang yang tidak menyukainya????
Tidaklah sulit !!!
Baiklah, di blog saya ini pun sebetulnya saya tidak ingin membahas sesuatu yang “sulit” karena disini sebetulnya kita sama-sama belajar dan saling bertukar pendapat. Saya pun memberi nama blog ini dengan FILOSOPHIESTIC bukan mau gaya-gayaan (hehe...), tetapi lebih ke arah bahwa ternyata filsafat, science dan mistis itu tidaklah semenakutkan namanya. Saya pribadi pun setuju bahwa filsafat itu “susah, njelimet, bin ruwet” karena buku-buku yang ada selama ini memang selalu menyuguhkan hal itu. Sebagai permulaan untuk filosophiestic (karena nantinya saya akan lebih jauh masuk ke dalam 3 hal tersebut), di sini saya akan mencoba sharing pada teman-teman bahwa ternyata filsafat itu mudah dan menarik. Oke...untuk awalnya, buang semua pengertian aneh-aneh tentang filsafat. Secara mudah arti filsafat sebenarnya adalah “berfikir bijaksana” (berasal dari kata philia = persahabataan atau cinta, dan sophia = bijaksana, jadi jika digabung secara harfiah berarti cinta kebijaksanaan). Artinya bahwa berfilsafat adalah berfikir untuk sesuatu yang bermanfaat dan berguna (dalam hal apa saja), jadi jika kalian saling berdiskusi dengan teman tentang hal-hal ilmiah, itu bisa juga disebut berfilsafat. Contoh mudah adalah metode berfilsafat Socrates (sang dedengkot filsuf yang juga maha guru dari Plato dan Aristoteles). Dia tidak pernah menggunakan metode-metode rumit macam filsuf-filsuf lain. Dia hanya menggunakan metode bertanya. Seperti “apakah itu adil”, “apakah itu negara”, “apakah itu kebenaran”. Dengan cara bertanya dia berkeliling kota athena, ke pelosok-pelosok pasar dan jalan-jalan. Setiap orang dia tanyai. (sekilas bagi anak muda sekarang mungkin apa yang dilakukan sokrates itu mirip orang gila, berkeliling kota kerjaanya cuman menanyai orang doang hehe) tapi apa yang dilakukan sokrates tersebut sebetulnya merupakan berfilsafat, tetapi dia menggunakan cara yang sederhana yaitu bertanya. Sampai pada akhirnya dia sampai pada kesimpulan bahwa “yang aku temukan bahwa aku tidak menemukan apa-apa” dan “yang aku ketahui adalah bahwa aku tidak mengetahui apa-apa” (nah...pasti bingung kan???sudah tiap hari kerjaanya keliling kota, eh kok ternyata dia tidak menemukan apa-apa alias nihil, tambah gila aja nih orang hehe). Inilah yang disebut filosofis. Makna dari kata-kata socrates tadi. Jadi apa yang diungkapkan oleh socrates tadi bahwa “dia tidak menemukan apa-apa” adalah bahwa ternyata selama ini apa yang terjadi di kehidupanya (pada jaman tersebut di Yunani) dia tidak menemuka apa itu arti dari kehidupan yang benar. Tidak ada seorang pun yang bijaksana, yang ada hanya orang yang dianggap bijaksana atau merasa dirinya bijaksana. Lebih jauh, maksud dari sokrates tersebut adalah bahwa “ketidaktahuanya” itulah yang dia anggap sebagai “kebijaksanaan” itu sendiri. “ketidaktahuanya” merupakan suatu sikap yang rendah diri, selalu mau belajar, dan menganggap dirinya tidaklah yang paling pandai dan mengetahui segala hal, “ketidaktahuanya” mencerminkan sikap “bijaksana” itu sendiri. Oleh karenanya tidak heran jika oleh orang-orang Yunani Sokrates dianggap sebagai manusia paling bijaksana di seluruh Yunani. Lantas apa hasil akhir dari filsafat Sokrates tersebut??? Bahwa kebijaksaan tidak dia temukan di manapun di dunia ini, kebijaksanaan hanya ada di dalam kebijaksaan itu sendiri, sesuatu yang ada di dalam pikiran manusia yang paling murni, sesuatu yang abstrak (dalam hal ini sebenarnya sokrates ingin menyebut nama Tuhan, tapi karena terminologi Tuhan pada jaman itu belum ada, dia hanya menyebut “yang abstrak dan absolut”). Sebenarnya lewat berfilsafat sederhana ala Sokrates tersebut kita juga bisa kan kawan-kawan. Lewat blog ini mari kita saling bertukar pendapat dan pikiran. Saling berfilsafat.
Sebuah korelasi
Lantas apa hubunganya filsafat dengan science dan mistis???? Science merupakan ilmu pengetahuan, dasar dari landasar berfikir ilmiah, sedang mistis merupakan segala sesuatu yang bersifat misterius dan terselubung, diluar nalar berfikir normal manusia. Bukankah kedua hal tersebut bertentangan??? Nah dengan segala kerendahan hati, keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki, saya akan mencoba mengkorelasikan kedua hal tersebut (science dan mistis) dengan metode berfikir filosofis. Memang bukan hal yang mudah, tetapi paling tidak jika kita mau berusaha dan mau menerima hal-hal baru insya Allah bisa dikorelasikan. Karena terus terang sebenarnya banyak kejadian disekitar kita yang masuk dalam kategori abnormal alias “tidak bisa dijelaskan secara normal”, otak, rasio dan logika kita seakan-akan menolak dan sulit mengurai kejadian-kejadian tersebut. Sebut saja dari yang paling umum di telingan kita seperti guna-guna, santet (yang ini malah ada usulan masuk RUU KUHP haha), fenomena mahluk halus, sampai yang tersohor macam benua Atlantis, misteri segitiga bermuda, Alien beserta UFO-nya, maupun misteri mesin waktu. Hal-hal tersebut terus terang sampai saat ini menjadi sesuatu yang kontroversial, karena sebagian orang ada yang menganggap itu tahayul, non sense, tabu, dan lain sebagainya. Berangkat dari rasa penasaran itu, maka berbekal berbagai macam bacaan, diskusi dan ngobrol ngalor-ngidul dengan berbagai macam orang, saya mencoba membahas hal tersebut tetapi insya Allah tetap bisa diterima secara ilmiah, karena saya sebisa mungkin akan menggunakan pendekatan science dengan dilandasi filosofi yang masuk akal. Dan sebetulnya ada 1 hal lagi (hampir saya lupa kawan), dan ini penting, yaitu landasan teologis (pendekatan secara agama), karena bagaimana pun saya tidak mau tersesat seperti Karl Marxs maupun mati gila mirip Nietzsche akibat landasan filsafat mereka tidak menyertakan Tuhan didalamnya hehe.
No...non sense !!!
Dari uraian tersebut sebenarnya benang merah sudah mulai tampak antara filsafat, science, dan mistis yaitu bahwa sesuatu hal (dalam hal ini yang bersifat mistis) bisa dideteksi secara ilmiah (science) jika kita menggunakan metodologi berfikir yang benar dan bisa dipertanggung jawabkan (secara filsafat), tetapi dengan tetap memegang prinsip-prinsip teologis (agama). Baiklah, agar kawan-kawan lebih paham dan jelas maksud saya, akan saya beri contoh sederhana. Begini.....apakah anda pernah mendengar kabar ataupun berita bahwa ada seorang bocah atau orang yang hilang gara-gara (desas-desusnya sih) diculik oleh mahluk halus (entah itu kolong wewe atau gondoruwo) ??? mmmm......jika iya, itu merupakan hal yang menarik, lalu beberapa waktu kemudian si anak yang hilang tadi ternyata entah dengan cara apa dan bagaimana tiba-tiba dia muncul kembali, mmmmm.......lalu si anak tadi bercerita kalo dia baru saja diajak jalan-jalan oleh seseorang. Sampai titik ini tidak ada yang aneh (walaupun si anak tadi telah dicari-cari oleh seluruh penduduk kampung, di setiap jengkal desanya tetapi tetap tidak ketemu). Cerita diatas, dulu (tahun 80-an) pernah dialami sendiri oleh saudara saya yang tinggal di pelosok desa di daerah banyuwangi. Pulang nonton wayang tengah malam tiba-tiba dia bertemu seseorang laki-laki yang tidak dia kenal sebelumya kemudian diajak jalan-jalan oleh orang tersebut, lalu dibonceng naik sepeda kumbang. Saudara saya mau dan senang-senang saja, karena menurut penuturanya, dia memang diajak jalan-jalan ke sebuah tempat seperti pasar malam, lengkap dengan orang-orang yang riuk redah bercengkrama dan banyak berbagai mainan macam komidi putar ala desa. Dia bahkan sempat diajak “marung” (makan di warung) oleh orang tersebut. Setelah itu kemudian sodara saya diantarkan pulang oleh orang tersebut sampai di depan rumahnya, kemudian orang tersebut berpamitan lalu pergi. Mmmm....tidak ada yang aneh, sampai ketika sodara saya pulang seisi rumah kaget bukan main dan langsung memeluknya. Sodara saya keheranan, apalagi ketika melihat sang ibu sampai menagis sejadi-jadinya. Lebih panik lagi ketika semua tetangganya berbondong-bondong mendatangi rumahnya. Ada apa gerangan??? Setelah diberi penjelasan oleh sang ibu ganti sodara saya tersebut yang terheran-heran, bagaimana tidak, sodara saya yang baru saja (hanya beberapa jam lalu) pulang nonton wayang terus diajak jalan-jalan oleh orang yang baru saja dikenalnya tersebut, katanya telah menghilang selama 3 bulan. Wah....yang benar saja !!! walau tidak percaya, akhirnya dia percaya juga gara-gara seluruh kampung membenarkan berita tersebut. Mmmmm....ada apa ini ??? hal tersebut mau kita tidak percaya namun terjadi, mau percaya tapi sepertinya itu mustahil. Apakah itu tahayul??? Atau non sense (kata orang-orang yang terlalu mengedepankan science semata). Lantas bagaimana menjelaskan fenomena tersebut ?????? untuk menjawabnya, Insya Allah saya akan membahasnya dalam postingan saya selanjutnya. Dan terakhir, saya akan menutup postingan ini dengan dua buah ayat dari Al Quran Al Karim........
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman” (al jaatsiyah : 3)
“dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (al jaatsiyah : 13)
Insya Allah jika kita benar-benar mau bertafakur dan berfikir, maka segala sesuatu tidaklah tidak ada yang tidak mungkin.......seperti juga korelasi filsafat, science dan mistis.........amien.......
0 komentar:
Posting Komentar